Berlatih dan Berserah

05/05/2020, 10:32 WIB
Bagikan:
Penulis Admin | Editor Admin

Orang-orang yang berlatih dan berserah, mengamati segala yang dihadirkan, mengalami jernih seapa adanya. Mereka senantiasa mengasah, bukan untuk menjadi lebih, namun untuk kian peka akan hadirnya ego, kian nyaman menjalani paradoks hidup, dan kian tentram memasuki keterjalinan diri, tanpa kemelekatan.

Orang-orang yang berlatih dan berserah, berupaya tanpa mengharuskan, berserah tanpa bermalasan. Mencoba, tanpa coba-coba. Bermain, tanpa main-main. Mereka bisa terliputi pertanyaan, namun mereka menjalani pertanyaan, dan ketika saatnya tiba, mereka melepas pertanyaan.

Orang-orang yang berlatih dan berserah tidak memastikan sadar, mereka berlatih hanya untuk berlatih, dan berserah semata untuk berserah. Mereka menerima dan mengakui ‘kebelumannya’ akan kondisi sadar.

Orang-orang yang berlatih dan berserah, sedikit terhenyak ketika dukacita datang, sedikit terpana ketika sukacita datang. Tak terlalu kaget dalam gagal, tak terlalu gamang dalam sukses. Segalanya sama, semuanya baik, dan seluruhnya membaikkan.

Orang-orang ini berlatih dan berserah untuk memekarkan emosinya dalam diri. Mengakui emosi, menerima emosi, dan membiarkannya perlahan berlalu.

Semua emosi adalah energi pengingat, semua emosi adalah ilmu dan guru, untuk diterima, diakui, dan dilalukan dengan jernih memilih ekspresinya.

Orang-orang yang berlatih dan berserah, selalu merasa pemula, melihat semuanya dalam kebaruan. Karena semua yang sudah terjadi sudah selesai, semua yang akan datang belum dan belum tentu terjadi.

Mereka merayakan ‘ke-belum-annya’ dengan terus berlatih dan berserah, bukan karena harus, tak pernah atas nama kemalasan, namun karena inilah jalan pulang. Inilah jalan menuju. Inilah kembali. Inilah sejati.

Orang-orang yang berlatih dan berserah masuk ke dalam diri, namun sekaligus menjalin   dengan segala yang di luar diri. Nyaman dalam sunyi diri, karena itulah kondisi untuk mengenali dan memahami. Nyaman dalam hiruk pikuk bersama yang lain, karena itulah kondisi untuk menjalin.

Orang-orang yang berlatih dan berserah adalah teman-teman kembali. Mereka menemani diri dalam kepulangannya, menemani yang lain dalam perjalanan kembalinya.