Belajar dari Film Pendek Tilik, Apa yang Harus Dilakukan Jika Kamu Jadi Dian?

25/08/2020, 21:45 WIB
Bagikan:
Penulis Hisnudita Hagiworo | Editor Sri Noviyanti

Sejak beberapa minggu lalu, film pendek Tilik besutan sutradara Wahyu Agung Prasetyo mendapat perhatian dari para netizen. Film yang diproduksi pada 2018 ini mengisahkan mengisahkan tradisi masyarakat Jawa menjenguk (tilik) orang sakit ke rumah sakit bersama-sama.

Dalam film, mereka—yang adalah ibu-ibu dari lingkungan tertentu—dikisahkan naik truk untuk sampai ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Lurah.

Uniknya, bukan tardisi saja yang diangkat dalam film itu, melainkan bagaimana kebiasaan masyarakat Indonesia membicarakan dan menyebarkan rumor orang lain. Istilah yang paling sering digunakan adalah nyinyir.

Perjalanan dalam truk sudah jadi santapan mata penonton sejak menit pertama. Sejak awal pula, penonton bisa menangkap gambaran bagaimana rumor berkembang dari mulut ke mulut.

Bu Tedjo, yang sejak awal jadi sentral pemeran di dalam truk, mulai melempar rumor. Dengan berbahasa Jawa halus, ia mengomentari Dian, seorang kembang desa di lingkungan mereka. 

Dian digambarkan sebagai gadis cantik modern yang sudah cukup umur untuk menikah. Ibu-ibu di lingkungan desa, tak ada yang mengetahui karier Dian. Itu lah asal-muasal rumornya berkembang.

Segala hal yang terkait Dian, mulai dari foto, hingga barang mewah, dijadikan dasar untuk bergosip. Mereka mengira, Dian bukanlah perempuan baik-baik.

Eits, tunggu dulu.. artikel ini tidak akan membahas alur cerita dari film Tilik ya, tetapi bagaimana kalau kamu menjadi Dian.

Meskipun dalam film, tema yang diangkat begitu dekat dengan keseharian masyarakat indonesia.

Terlepas gosipnya benar atau salah, bagaimana jika tiba-tiba orang lain membicarakan hal buruk tentang kamu?

Jika memang hal tersebut menimpa kamu, tak perlu buru-buru melabrak orang tersebut ya. Coba tarik napas perlahan dan tenangkan diri. Sleanjutnya, kamu bisa lakukan beberapa hal di bawah ini.

Abaikan saja

Biasanya, orang yang membicarakan keburukan orang lain tersebut, didasari oleh rasa iri. Nah, jika ada yang membicarakanmu, tandanya ia iri akan sesuatu darimu.

Tak perlu ditanggapi, jika memang gosip yang tersebar mengenaimu tidak benar. Posisikan dirimu sebagai orang yang tidak pernah mendengar mengenai omongan tersebut. Tutup kuping rapat-rapat saja.

Percayalah akan pepatah “Anjing menggonggong, khafilah berlalu” . Biarkan saja orang lain berbicara apapun tentangmu, toh nantinya mereka tidak akan membuktikkan apa-apa.

Buktikan bahwa tidak benar

Selanjutnya yang bisa kamu lakukan jika ada yang membicarakanmu adalah buktikan bahwa hal tersebut tidak benar. Tunjukkan saja bahwa semua omongan orang-orang tersebut salah.

Tak perlu melakukan pembelaan yang berlebihan, kamu cukup membeberkan apa kebenarannya. Hal ini akan membuat si penggosip malu akan omongannya.

Tegur secara sopan

Namun, jika ia tetap saja menyangkal kebenaran yang ada, kamu perlu menegurnya. Akan tetapi ingat ya, dengan sopan. Jika memang tidak bisa bertatap muka, hubungi via telepon atau chatting juga tak ada salahnya.

Tanyakan terlebih dahulu alasan mengapa ia menyebarkan kabar burung mengenai dirimu juga tujuannya.

Sebelum menegurnya, ada baiknya kamu mengumpulkan bukti-bukti bahwa dialah orang pertama yang membicarakan hal yang tidak benar tentangmu.

Jadi, jika ia menyangkal, kamu sudah mempunyai bukti sebagai senjata untuk melawannya.

Balas dengan prestasi

Jika cara-cara di atas sudah kamu lakukan tetapi masih saja ada kabar tak sedap mengenaimu, tak perlu khawatir. Balas saja dengan memberikan prestasi terbaik.

Jika rumor tersebut mengenai pekerjaan, kamu bisa membuktikan dengan pencapaian karier di kantor. Jika gosip yang beredar mengenai rumah tanggamu, kamu bisa membutikkan betapa bahagia kehidupan pernikahanmu.

Dengan demikian, orang-orang akan berhenti membicarakan tentang hal yang tidak benar tentangmu. Bahkan, mungkin saja kamu akan jadi contoh baik selanjutnya bagi mereka.